13 April 2014


Oleh:

J A I N AB


PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN 
“ANAKKU”


Dosen :

Prof.Dr.Efendi Napitupulu,M.Pd
PASCASARJANA S3 TEKNOLOGI PENDIDIKAN

UNIMED-UNJ

2014


Materi : Penulisan angka satu sampai sepuluh berdasarkan urutan dan arah yang benar

1. Latar Belakang Masalah

Kemampuan belajar seseorang pada saat dewasa ditentukan oleh kemampuan belajarnya pada usia kanak – kanak.Hal ini dikemukakan oleh Bloom seperti yang ditulis  oleh Dryden dan  Vos (2001) bahwa sekitar delapan puluh persen kecerdasan terbetuk pada masa pembuahan sampai dengan delapan tahun. Oleh karena itu diperlukan perhatian yang besar terhadap pendidikan anak dini usai agar kecerdasan tersebut dapat berkembang dengan optimal.
Taman Kanak – kanak (TK) merupakan suatu wadah pendidikan anak dini usia.Di TK anak akan diberikan kegiatan belajar untuk membentuk dan mengembangkan perilaku serta kemampuan dasar yang meliputi kemampuan berbahasa, daya pikir daya cipta, keterampilan dan jasmani. Pengembangan pendidikan di TK bertujuan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus dalam berolah tangan sehingaga anak akan dapat menulis dengan baik. Menurut Program Kegiatan Belajar TK (1996) kegiatan belajar yang diberikan pada TK adalah kegiatan persiapan membaca dan menulis permulaan serta berhitng/matematika. Kegiatan ini dibatasi pada usaha meletakkan dasar – dasar kesanggupan membaca, menulis dan berhitung/metematika serta dilaksanakan melalui permaian, nyanyian, mengucapkan syair, pengenalan menulis dan berhitung dengan cara melihat gambar atau media yang sesuai dengan minat anak.
Hasil pengamatan penulis dari beberapa TK, diperoleh kesimpulan bahwa anak yang akan memasuki tingkat  Sekolah Dasar belum memiliki keterampilan untuk menulis angka sesuai denga urutan dan arah yang benar. Hal ini juga disampaikan oleh Garton dan Pratt (1989) bahwa sebahagian anak dalam tahun pertama sekolah formal tidak cukup baik mengembangkan persepsi motorskillnya untuk membuat bentuk angka dengan ukuran dan kerapian seperti yang diharapkan.
Hal ini disebabkan karena kurangnya pemanfaatan media pada kegiatan pembelajaran anak, khususnya untuk mengembangkan keterampilan menulis angka.Dalam pembelajaran keterampilan menulis angka, guru hanya menggunakan spidol, papan flannel dan karton yang bergambar angka. Sodono (2000) mengatakan praktek pendidikan  anak saat ini banyak terperangkap dalam kegiatan bermain yang mengandalkan kertasa dan pensil, sehingga alokasi waktu teserap untuk kegiatan tersebut, yang berakibat evaluasi terhadap kemajuan anak hanya menekankan pada kemampuan baca tulis.
Menurut Piaget yang ditulis kembali oleh Patmonodewo (2000) taraf perkembangan kognitif anak berada pada pra – operasional, di mana proses berpikir anaka berpusat pada penguasaan simbol – simbol atau dengan kata lain anak mengerti dan memahami pengertian atau konsep melalui benda konkrit.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikemukakan bahwa pemanfaatan media dalam kegiatan pembelajaran di TK sangat menentukan keberhasilan pengembangan kemapuana anak.
Diluar negeri seperti Negara Australia, Inggris dan lain - lain telah dikembangkan berbagai media untuk pembelajaran ketrampilan menulis angka anak, baik visual maupun audio visual. Media yang terkenal dan efektif untuk keterampilan menulis adalah program televise Sesame Street. Isi dari program ini adalah mengenalkan huruf dengan angka dengan metode bernyanyi, permainan, percakapan dan animasi. Hasil penelitian menunjukkan mengenal dan menulis angka dengan yang baik.
Di Indonesia sendiri sebenarnya telah ada media pembelajaran sedehana untuk menulis angka tersebut tetapi belum banyak dikembangkan. Dalam kegiatan belajar menulis angka di TK,  guru hanya menggunakan media berupa kartu atau buku yang menunjukkan gambar dan cara penulisan angka guru hanya menggunakan strategi konvensional dan hasilnya dilihat banyak anak – anak TK bosan dengan strategi konvensional seperti itu, karena anak tidak diharapkan pada suatu media pembelajaran yang dapat mengembangkan perkembangan kognitif anak untuk memahami pengertian atau konsep melalui benda – benda yang konkrit  yang dapat dilihatnya  langsung.
Untuk itu pada kesempatan ini akan dikemukakan suatu strategi pembelajaran audio visual untuk kegiatan keterampilan menulis angka di TK. Strategi pembelajaran berupa VCD yang akan menunjuklan urutan dan arah penulisan angka yang benar.
Faktor lain yang juga akan dilihat pengaruhnya terhadap kemampuan menulis angka pada anak adalah kreativitas dalam diri anak. Kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, gagasan – gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah dan untuk melihat hubungan – hubungan baru antara unsur – unsur yang sudah ada.
Tinggi rendanya kreativitas anak mempengaruhi dalam keberhasilan pengembangan kemampuan anak. Dengan mengetahui kreativitas dalam diri anak dapat dilihat penggunaan strategi yang dipergunakan dalam melaksanakan program pendidikan anak. Sejalan dengan pendapat strategi pembelajaran audio visual dan kreativitas terhadap kemampuan menulis angka pada anak.

2. Kompetensi Dasar

Anak  dapat menuliskan angka satu sampai sepuluh berdasarkan urutan dan arah yang benar
Anak dapat menyebutkan  angka satu sampai sepuluh berdasarkan  secara benar

 3. Landasan Teoritis

1.Hakikat Ketrampilan Menulis Angka
Dalam program Kegiatan Belajar Taman Kanak – kanak (PKBTK) dituliskan bahwa tujuan pendidikan di TK adalah meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan , keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.Kegiatan belajar tersebut mencakup pembentukan perilaku melalui pembiasaan dan pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan yang dipersipakna oleh guru untuk mencapai kemampuan – kemampuan tertentu sesuai dengan tahap perkembangan anak seperti daya cipta, bahasa, daya piker, keterampina dan jasmani.
Pengembangan kemampuan berdasarkan PKBTK bertujuan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus anak pada olah tangan. Depdiknas (1996), terdapat 31 keterampilan yang harus dipelajari  oleh anak meliputi menarik berbagai bentuk garis, mencotoh dan menulis angka, menggambar, menggunting, mewarnai, menyusun balok, menjahit, melipat, menjiplak, mengayam, melukis dan sebagainya yang berfungsi untuk melatih  koordinasi otot tangan anak agar dapat berfungsi dengan baik terutama utuk kegiatan menulis.
Menurut Patmonodewo (2000), keterampilan yang berkembang pada anak adalah keterampilan motorikkasar dan motorik halus. Keterampilan motorik kasar adalah koordinasi sebagian otot tubuh,  seperti melompat,  main jungkat – jungkit dan berlari. Keterampilan motorik halus adalah koordinasi bagian kecil dari tubuh terutama tangan seperti  membalik halaman buku, menggunakan gunting dan sebagainya.
Menurut Gagne (1987) keterampilan motorik merupakan kemamapuan untuk melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urutan  dan koordinasi sehingga terwujud gerakan yang otomatis, sementara itu meurut Cronbach (1963) mengatakan bahwa keterampilan dapat diuraikan dengan kata seperti otomatik, cepat dan akurat. Meskipun demikian adalah keliru menganggap keterampilan sebagai tindakan tunggal yang sepurna. Setiap pelaksanaan sauatu yang terlatih meskipun hanya menulis “a” merupakan satu rangkaian koordinasi beratus – ratus otot yang rumit, yang melibatkan perbedaan isyarat dan koreksi kesalahan yang berkesinambungan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan keterampilan menulis angka adalah kemampuan anak adalah kemampuan anak dalam mengkoordinasikan tangan untuk melakukan gerakan secara otomatis, tepat dan akurat  dalam menulis angka 1 sampai 10 dengan urutan dan arah yang benar.
a.      Tahap Perkembangan dan Prinsip Kemampuan Menulis Angka  
1.      Hakikat Keterampilan  Menulis Angka
Dalam program Kegiatan Belajar Taman Kanak –kanak (PKBTK) dituliskan bahwa tujuan pendidikan di TK adalah meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan perilaku melalui pembiasaan dan pengembangan kemampuan dasar melalaui pembiasaan dan pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk mencapai kemampuan – kemamapuan tertentu sesuai dengan tahap perkembangan anak seperti daya cipta , bahasa, daya piker, keterampilan dan jasmani.
Pengembangan kemampuan berasarkan PKBTK bertujuan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus anak pada olah tangan, Depdiknas (1996), terdapat 31 keterampilan  yang harus dipelajari oleh anak meliputi menarik berbagai bentuk garis, mencontoh dan menulis angka, menggambar, menggunting, mewarnai, menyusun balok, menjahit, melipat, menjiplak, mengayam, melikis dan sebagianya yang berfungsi untuk melatih koordinasi otot tangan anak agar berfungsi baik terutama untuk kegiatan menulis.
Menurut Patmonodewo (2000), keterampilan yang berkembang pada anak adalah keterampilan motorik kasar dan motorik halus. Keterampila motorik kasar dan motorik halus. Keterampilan motorik kasar adalah koordinasi sebagaian otot tubuh, seperti melompat, main jungkat – jungkit dan berlari. Keterampilan motorik halus adalah koordinasi bagian kecil dari tubuh terutama tangan seperti membalik halaman buku, menggunakan gunting dan sebagainya.
Menurut Gagne (1987) keterampilan motorik merupakan kemampuan untuk melakukan serangkaian gerak jasamani dalam urutan dan koordinasi sehingga terwujud gerakan otomatis, sementara itu menurut Cronbach (1963) mengatakan bahwa keterampilan dapat diuraikan dengan kata seperti otomatik dan akurat. Meskipun demikian adalah keliru mengangggap keterampilan sebagai tindakan tunggal yang sempurna. Setiap pelaksanaan suatu yang terlatih meskipun hanya menulis huruf “a” merupakan satu rangkaian koordinasi beratus – ratus otot yang rumit, yang melibatkan perbedaan isyarat dan koreksi kesalahan yang berkesinambungan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan keterampilan menulis angka adalah kemamapuan anak dalam mengkoordinasi tangan untuk melakukan gerakan secara otomatis, tepat dan akurat dalam menulis angka 1 sampai 10 dengan urutan dan arah yang benar
a.      Tahap Perkembangan dan Prinsip Kemampuan Menulis Angka
Keterampilan  menulis angka pada anak  merupakan kegiatan yang melibatka beberapa tingkat kemampuan dan pemahaman. Proses pencapaian diperoleh dengan lambat dan disengaja, melalaui observasi selama dan setelah proses sehingga anak benar – benar dapat menulis sendiri.
Adapun tahap perekembangan menulis menurut Brittain (1979) adalah sebagai berikut : (a) Tahap Mencoret, Tahap  ini dmualai pada usia 2 tahaun dan merupakan dasar dari perkembangan menulis anak. Coretan yang dibuat oleh anak
adalah susunan dari garis tertentu yang dibuat dengan gerakan sederhana. Pada tahap ini pembelajaran menulis yang diberikan kepada anak adalah menarik garis datar, tega, miring dan lengkung secara berulang – ulang, menggambar dan melukis. (b) Tahap Pengulangan Secara Linier, pada tahap ini, anak mnelurusi entuk tulisan yang horizontal. Saat anak memasuki umur 2 sampai 3 tahun, anak berpikir bahwa suatu kata merujuk pada sesuatu benda yang besar. Pembelajaran menulis yang diberikan kepada anak adalah mencontoh bentuk silang ( + dan x ), lingkaran, bujur sangkar dan segitiga secara bertahap. (c) Tahap Mnulis Secara Random, Memasuki usia 3 sampai 4 setengah tahun anak mulai menulis secara acak. Pada tahap ini, anak belajar tentang berbagai bentuk yang dapat diterima sebagai suatu Tulisan dan mengguakan itu semua agar dapat mengulang berbagai kata  dan kalimat. Pembelajaran menulis yang diberikan kepada anak adalah menjiplak, mewarnai dan menggunting berbagai bentuk. (d) Tahap Menulis Tulisan Nama, Memasuki usia 4 setengah sampai 6 tahun anak mulai menyusun hubungan anatara tulisan dan bunyi. Anak mulai dapat menuliskan huruf, nama dan anagka. Pembelajaran yang diberikan kepada anak adalah mencontoh dan menulis 1 sampai 10, mencontoh huruf a sampai z.
Dalam kaitan dengan kemampuan menulis angkap pada anak, terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan diantaranya adalah : (1) Latihan, dimaa anak diberikan kesempatan sebanyak – banyaknya untuk melakukan latihan menulis angka dengan menggunakan kertas, pensil, kuas dan crayon. (2) Pengulangan, dimana anak diperkenalkna secara berulang gambar, urutan dan arah penulisan angka sehingga anak mengenal dengan cermat berbagai bentuk angka dan cara penulsannya. (3) Keluwesan, anak diperkenlakan dengan angka melalui simbol yang dikenal oleh anak. (4) Ungkapan, anak diberi kesempatan untuk mengungkapkan berbagai pengalaman yang berkaitan dengan angka yang dibuatnya. (5) Mencontoh, anak diberi kesempatan seluas –luasnya untuk mencontoh angka yang dibuat gutu. (6) Penguat, jika teleh selesai menulis beri penghargaan terhadap tulisan angka yang dibuat oleh anak.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis angka pada anak mulai dikembangkan pada usia 4 setengah tahun dimana anak telah dapat menulis dan menggambar berbagai bentuk, huruf dan angka, melalaui latihan secara berkesinambunga.
b.      Aktivitas – Aktivitas Menulis Angka  
Hurlock (1980) mengemukakan cara yang baik dalam mempelajari keterampilan adalah dengan meniru dan latiha. Untuk mencapai kemampuan menulis angka, anak harus dilatih melalui aktivitas – aktivitas sebagai berikut:
  1. Mengenal bentuk angka, yakni menghafal angka 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10.
  2. Mengetahui urutan penulisan  angka, yakni mengingat urutan penulisan angka :
    1  2  3  4  5  6  7  8  9  10
  3. Mengetahui  arah penulisan angka yakni mengingat urutan penulisan angka
       1  2  3  4  5  6  7  8  9  10
4.  Mencontoh dan latihan menulis angka, yakni anak diberikan lembar kerja yang berisi angka 1 sampai 10 dalam bentuk titik – titik dan  terputus, kemudian anak disuruh menyelesaikan dan menulis bentuk angka tersebut secara berulang
Berdasarkan hal ini maka guru dapat menentukan metode dan media yang tepat dalam pembelajaran keterampilan menulis angka pada anak.
2. Hasil Belajar Ketrampilan Menulis Angka
Hasil  belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh anak setelah menerima pengalaman dari kegiatan belajar mengajar. Menurut Simpson yang ditulis oleh Dimyati dan Mujiono (1999) serta Winkel (1996) hasil belajar kawasan psikomotor terdiri dari tujus jenis perilaku, yaitu : Persepsi, yang mencakup kemampuan mendiskriminasikan hal – hal secara khas, dan menyadari perbedaan yang khas tersebut. Seperti membedakan angka 6 dan 9 . Kesiapan  yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini mencakup jasmani dan rohani. Misalnya posisi start lomba lari ; gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniru. Misalnya menirukan gerakan tari, membuat lingkaran di atas pola; gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan – gerakan tanpa contoh. Misalnya , bongkar pasang peralatan secara tepat.Misalnya, bongkar pasang peralatan secara tepat ; penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak – gerik dengan persyaratan khusus yang beralaku. Misalnya , ketrampilan bertanding; kreativitas mencakup kemampuan melahirkan pola gerak – gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Misalnya kemampuan membuat tari kreasi baru.
Dari penjelasan tersebut dapat dikemukan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar keterampilan adalah berupa penguasaan sejumlah pengetahuan dan keterampilan anak kearah tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Hasil belajar yang akan diukur dalam penelitian ini adalah penguasaan anak dalam menulis angka 1 sampai 10 sesuai dengan urutan dan arah yang setelah diberikan perlakuan dan contoh dengan menggunakan VCD. Sebagaimana pembagian kawasan keterampilan motorik menurut Simpson, maka dalam pengukuran  hasil belajar keterampilan menulis angka yang dikehendaki adalah, para aspek persepsi dan gerakan terbimbing. Dimana  anak dituntut mampu membedakan angka sekaligus menuliskannya dengan urutan dan arah yang benar setelah diberikan contoh dan latihan.
3. Hakikat Kreativitas Anak
Sebagai Negara yang sedang berkembang , Indonesia membutuhkan tenaga – tenaga yang kreatif  yang mampu memberikan sumbangan bermakna kepada ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan, termasuk kesenian , demi kesejahteraan bangsa pada umumnya. Oleh karena itu pendidikan hendaknya tertuju kepada pengembangan kreativitas anak agar kelak dapat memenuhi kebutuhan pribadi serta kebutuhan pribadi serta kebutuhan masyarakat serta Negara.Mengingat bahwa kreativitas merupakan bakat yang secara potensial dimiliki oleh setiap orang dapat diindentfikasi dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat.
Dalam berbagai literature, kreativitas tidak memiliki defenisi yang universal artinya bahwa kreativitas didefenisikan secara berbeda – beda . Tidak ada satupun defenisi yang dapat mewakili pemahaman yang beragam tentang kreativitas. Supriadi (1998) mengemukan mengapa kreativitas didefenisikan secara beragam , hal ini didasarkan pada dua alasan, yaitu : (1) sebagai suatu kontruk hipotesis, kreativitas merupakan ranah psikolohis taksiran yang beragam (2) defenisi kreativitas memebrikan tekanan yang berbeda – beda tergantung dasar teori yang membuat defenisi.
a.      Pengertian Kreativitas
 Munandar (1990) mengatakan kreativitas  adalah sebagai ungkapan dan perwujudan diri individu termasuk kebutuhan pokok manusia yang bila terwujud akan memberikan rasa keberhasilan yang mendalam. Hurlock (1978) mengatakan kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, hasil atau ide – ide apa saja yang pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak dikenal oleh penciptanya. Kreativitas dapat berupa aktivitas imajinatif atau sintesa pemikiran yang hasilnya bukanlah perangkuman.
Kreativitas dapat juga meliputi bentuk – bentuk pola baru dan kombinasi pengetahuan yang diambil dari pengalaman masa lalu dan transfalantasikan kepada situasi yang baru dan mungkin juga meliputi pembentukan hubungan – hubungan baru. Kreativitas harus mempunyai tujuan dan maksud yang terarah.
Munandar (1990) mengemukakan beberapa rumusan kesimpulan para ahli mengenai kreaivitas yaitu : (1).Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data,informasi atau unsur – unsur yang ada.
(2).Kreativitas adalah  kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menunjukkan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah dimana penekannya adalah pada kuantitas ketetapgunaan an keragaman jawaban.(3). Secara oprasional dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), pengayaan (elaborasi) dan orisinilitas dalam mengembangkan suatu gagasan.
Dalam menganalisa lebih dari 40 defenisi kreativitas, Rhodes (1961) dalam Munandar (1999) dan Supriadi (1998) menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses (process) dan produk (product). Kreativitas dapat ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong (press) individu ke prilaku kreatif. Rhodes menyebut keempat defenisi kreativitas sebagai konsep kreativitas dengan pendekatan 4P, yaitu : Pribadi (person) , proses (process), produk (product) dan pendorong (press).
Defenisi pribadi dikemukakan oleh Stenber dalam Munandar (1999) bahwa krearivitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, intelegensi, gaya kognitif dan kepribadian/motivasi. Secara bersamaan ketiga dalam alam pikiran ini membantu memahami apa yang melatar belakang individu yang kreatif.
Defenisi proses kreatif menurut Wallas dalam Munandar (1999) dalam pengembangan kreativitas meliputi tahap persiapan, inkubasi, ilumnasi dan verifikasi.
Defenisi produk adalah defenisi kreativitas yang berpusat pada hasil tindakan kreatif yang menekankan unsur orisinalitas, kebaruan dan kebermaknaan seperti defenisi yang dikemukakan Barron dalam Munandar (1999) bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan yang baru. Demikian juga menurut Hafele dalam Munanda (1999) bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi – kombinasi sesuatu yang baru tetapi juga harus memiliki makna. Amabili dalam Supriadi (1998) suatu produk dikatakan kreatif apabila memiliki criteria : (1) bersifat baru, unik, berguna atau bernilai dilihat dari sudut kebutuhan tertentu, (2) lebih bersifat heuristik artinya   menampilkan metode yang masih belum pernah atau jarang dilakukan oleh orang lain sebelumnya.
Defenisi pendorong akan timbulnya kreativitas menurut Simpson dalam Munandar (1999) merujuk pada aspek dorongan internal, dalam pendekatan, ini defenisi kreativitas menurutnya adalah bentuk inisiatif yang ditampakkan oleh adanya kekuatan untuk melepaskan diri dari alur berfikir yang biasa. Mengenai dorongan atau dukungan dari lingkunga, ada lingkungan yang  tidak menghargai imajinasi atau fantasi, serta menekankan kreativitas dan inovasi. Kreativitas juga tidak berkembang dalam kebudayaan yang kurang terbuka terhadap perubahan dan perkembangan baru.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan satu inisiatif yang ditampilkan oleh seorang individu berupa sesuatu hal yang baru ataupun yang belum pernah ada diciptakan oleh seseorang sebelumnya. Dalam keperluan penelitian ini, untuk menentukkan anak memiliki kreativitas tinggi atau rendah, maka penilaian oleh pakar yang ahli dalam bidang psikologis terhadap anak. Adapun criteria penilaian dengan menggunakan instrument dalam figural. Dari instrument ini dapat dilihat indikatornya yaitu frekuensi, flexibibility, elaborasi, orasinilitas. Dari sini dihitung skor totalnya dan diklasifikasikan kreativitas tinggi dan rendah.
b.      Aspek – aspek Kreativitas
Utami Munandar (1990) mengemukakan tentang aspek kreativitas yaitu : (1) Fluency, menunjukkan pada banyaknya gagasan yang dapat dihasilkan terhadap suatu permasalahan. Jadi dalam fluency yang ditekankan adalam kuantitas gagasan. (2).Flexibility, menunjukkan banyaknya variasi gagasan yang dapat dihasilkan dengan penekanan bahwa gagasan tersebut harus bervariasi dan berbeda. (3).Elaborasi, merupakan kemampuan untuk menambah atau melengkapi unsur – unsur penting yang ada pada jawaban agar dapat dihasilkan jawaban – jawaban yang lebih lengkap dan jelas. Pada umumnya semakin lengkap gagasan yang dihasilkan semakin tinggi pula taraf kemampuan berfikir kreatifnya (4) Orisinalitas, merupakan suatu kemampuan yang menghasilkan ide – ide yang luar biasa jarang ditemui, unik. Ide orisinitas biasanya ide yang jauh dari kenyataan yang ada, oleh karena itu dianggap sebagai ide yang lain dari biasanya.
4. Hakikat Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran berkaitan dengan pendekatan pengajaran dalam bentuk mengelola kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran secara sistematik sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh secara efektif yang sesuai dengan tujuan belajar. Dick dan Carey  1993 menyatakan bahwa strategi  pembelajaran dan prosedur – prosedur yang akan dugunakan untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada anak.
Suparman 1997 juga mengemukan bahwa strategi pembelajaran berkenaan dengan pendekatan pengajaran dalam mengelola kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan materi secara sistematik sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh anak secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran mengandung empat pengertian sebagai berikut : urutan kegiatan pembelajarn, yaitu kegiatan guru dalam menyampaikan isi pelajaran kepada anak ; metode pembelajaran, yaitu cara guru mengorganisasikan materi pelajaran dan anak agar terjadi proses belajar secara efektif dan efisien; Media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan guru dan anak dalam legiatan pembelajaran; dan waktu yang digunakan oleh guru dan anak dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, metode, media dan waktu yang digunakan oleh guru dan anak dalam suatu proses pembelajaran untuk mencapai hasil yang ditentukan.
Dalam menyusun strategi pembelajaran hal utama yang harus diperhatikan adalah karateristik anak. Seperti dikatakan oleh Sheel  dan Richey (1994) bahwa karateristik anak adalah segi – segi latar belakang pengalaman anak yang berpengaruh terhadap efektivitas proses belajarnya. Sementara Dick dan Carey (1993) menjelaskan, dalam pengembangan pembelajaran penting sekali mempertimbangkan karateristik anak untuk memilih pendekatan yang sesuai dalam kegiatan pembelajaran.
Suppes menerjemahkan seperti yang dikutip oleh Philips (1976) tiap anak akan mencapai hasil belajar menurut tingkat kecepatannya masing – masing, hanya guru yang menggunakan metode secara teknologi dapat mencapai kecepatan individual tersebut. Traweek juga seperti yang dikutip oleh Philips (1976) menjelaskan bahwa anak yang dikelompokkan menurut golongan  apapun dalam kelompok tradisional.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan tersebut dapat disimpulkan, karena adanya perbedaan karateristik dari setiap anak dini usia di TK, baik kemampuan, motivasi dan minat maka perlu dirancang strategi pembelajaran audio visual

4. Penelitian Relevan

Muslim (2002) mengemukakan penerapan strategi pembelajaran Dick dan Carey memberikan pengaruh yang lebih baik daripada penerapan strategi pembelajaran biasa. Perbedaan kedua hasil ini disebabkan oleh keterlibatan anak yang berbeda dalam kegiatan pembelajaran.
Cronbach (1963) menjelaskan tentang penelitian yaitu pengaruh  pemberian program TV “Seseme Street” terhadap kemampuan anak mengenal dan menulis huruf secara baik. Anak yang secara teratur menonton program tersebut memiliki kemampuan mengenal dan menulis huruf secara bak daripada anak yang tidak menonton program tersebut.
Sari Ramadhanti (2003) yang memberikan kesimpulan bahwa strategi pembelajaran dengan menggunakan alat visual display memberikan hasil yang lebih baik daripada startegi pembelajaran konvensional terhadap kemampuan menulis angka pada anak dini usia.
Menurut penelitian Nasution (1987), bila semua anak yang bermacam – macam bakatnya diberi pengajaran yang sama, maka hasilnya akan berbeda. Ada korelasi yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil belajar. Akan tetapi jika diberi metode pengajaran yang lebih bermutu yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap anak serta waktu yang lebih banyak maka dapat dicapai keberhasilan penuh bagi setiap anak – anak dalam tiap bidang studi.
Penelitian Vernon (1952) dalam Davies (1991) menemukan bahwa siswa berkemampuan tinggi, lebih besar pula kemampuannya untuk menggunakan alat bantu yang dapat digunakan untuk mengemukakan hal – hal yang abstrak sedangkan siswa yang berkemampuan rendah membutuhkan bantuan dalam bentuk keterangan – keterangan dan bahan teks lain.
Zhu Qi Xin dan Xi Ugui (1993), hasil penelitian menunjukkan bahwa mengaktifkan otak bagin kiri dan kanan sekaligus dalam mengembangkan potensi otak pada usia dini memberikan pengaruh positif terhadap individu. Pengaruhnya antara lain : (1).mengerjakan bilangan tambah kurang menggali dan membagi mulai dari satu dan dua digit, (2).pemberian bimbingan secara berjenjang akan menambah kemampuan tanpa melupakan hasil latihan awal yang dibatasi oleh tingkatan modul, (3) menambah dan meningkatkan rasa percaya diri bagi individu untuk menyelesaikan pekerjaan – pekerjaan rumah yang diberikan guru,(4) mendorong tumbuhnya pemahaman secara abstraksi (bayangan),(5) meningkatkan harga diri individu dalam lingkungan keluarga dan masyarakat

5. Langkah- Langkah Pembelajaran

No
Fase- Fase
Aktivitas
Guru
Siswa
1.
Motivasi
·      Vidio dipasang dan guru bernyanyi
·           Anak bernyanyi mengikuti guru sambil bertepuk tangan
2.
Pengenalan
·      Guru menjelaskan terlebih dahulu konsep VCD dan cara kerjanya
·      Anak diperkenalkan dengan bentuk angka yang ada pada VCD
·           Anak mengamati



·           Anak mengamati
3.
Kegiatan Inti
·       VCD dihidupkan, anak memperhatikan sambil menulis angka sesuai dengan petunjuk pada VCD di Lembar Kerja (LK)

·      Anak  Mengikuti sambil menulis di Lembar Kerja (LK) sesuai dengan petunjuk yang pada VCD
4.
Penutup
·      VCD dimatikan dan anak disuruh menulis dan guru memperhatikan proses pengerjaan
·      Anak mengerjakan sesuai dengan petunjuk guru

TP UNJ-Unimed Angkatan 2013 . Powered by Blogger.

Followers